Jumat, 17 April 2015

Risalah Akhir Sekolah : Awal yang Menggugah, Awal yang Menggubah (part 1)

Hidup adalah bijih besi, yang diproses, ditempa, diubah bentuknya, serta ditambah nilai gunanya. Tetapi layaknya besi, hidup juga terpapar oleh panasnya sinar matahari, terhujam oleh butiran hujan yang tanpa kenal ampun masuk merasuk ke dalam setiap rongga yang menganga dan mengubah bentuk dari yang tadinya berguna, menjadi rongsokan.

Hidup adalah sebuah proses, dan disinilah aku memulai sebuah titik penempaan paling berarti sepanjang hidupku.

28 Juni 2013.

Ya, setidaknya tanggal itulah yang tertera di rapor akhir kelas X-A  semester 2. Di titik itulah aku telah menentukan pilihanku. Jika ditelaah kembali ke belakang, banyak pergolakan yang terus membuncah di kepalaku, serta banyak kegalauan dan kekhawatiran yang menghantui hatiku. Kira-kira dua bulan sebelum penjurusan, aku sempat melontarkan keinginanku untuk melanjutkan studi perguruan tinggiku di jurusan teknik kimia, dan aku telah melakukan langkah yang salah. Di hari penentuan jurusan, tantangan datang bertubi-tubi. “Kamu mau masuk teknik kimia, bukan? Sudah siap masuk IPA dong?” Kata-kata itu yang terus diucapkan oleh kedua orang tuaku berulang kali dalam perjalanan dari rumah menuju ke sekolah. Aku bungkam seribu bahasa.

Setibanya di depan gerbang almamaterku, aku disuguhi aneka ekspresi rekan-rekan sejawatku. Bahagia dan puas, silih berganti dengan ekspresi kekecewaan dan keputus asaan. Begitu juga dengan raut wajah para orang tua. Senyum, bergulir bersama kemarahan dan rasa kesal. Rapor yang diterima beberapa waktu lalu menjadi alasan mengapa mereka menyembulkan pelbagai ekspresi itu.

Ah, aku cukup bersyukur karena setidaknya aku adalah sang pemilih, bukan yang dipilih. Lepas dari apakah pilihanku sama dengan orang tuaku, semua masih menjadi misteri hingga kami masuk ke ruangan luas yang terletak persis disamping patung The Thinker yang selalu mengekspresikan raut kegalauan.

Tiga menit selanjutnya berubah menjadi sebuah pergolakan batin antara tiga manusia yang memiliki relasi terdekat ini. Layaknya segitiga bermuda, tiga titik yang tidak bisa menyatu merepresentasikan apa yang terjadi di ruangan itu. Dua puluh menit berargumentasi, aku pun menetapkan bahwa aku akan menjadi bagian dari keluarga besar SOS ’15.

Dan aku terus membayangkan petualangan apa yang akan terjadi dua tahun kedepan bersama manusia-manusia sosial ini…


(bersambung)

1 komentar:

  1. apa yang terjadi pas elo pilih sosial? sejujurnya banyak yang milih ipa gara-gara orang tua? apa yang elo rasain pas elo milih ips?

    BalasHapus