Hidup
adalah bijih besi, yang diproses, ditempa, diubah bentuknya, serta ditambah
nilai gunanya. Tetapi layaknya besi, hidup juga terpapar oleh panasnya sinar
matahari, terhujam oleh butiran hujan yang tanpa kenal ampun masuk merasuk ke
dalam setiap rongga yang menganga dan mengubah bentuk dari yang tadinya
berguna, menjadi rongsokan.
Hidup
adalah sebuah proses, dan disinilah aku memulai sebuah titik penempaan paling
berarti sepanjang hidupku.
28 Juni
2013.
Ya,
setidaknya tanggal itulah yang tertera di rapor akhir kelas X-A semester 2. Di titik itulah aku telah
menentukan pilihanku. Jika ditelaah kembali ke belakang, banyak pergolakan yang
terus membuncah di kepalaku, serta banyak kegalauan dan kekhawatiran yang
menghantui hatiku. Kira-kira dua bulan sebelum penjurusan, aku sempat melontarkan
keinginanku untuk melanjutkan studi perguruan tinggiku di jurusan teknik kimia,
dan aku telah melakukan langkah yang salah. Di hari penentuan jurusan,
tantangan datang bertubi-tubi. “Kamu mau masuk teknik kimia, bukan? Sudah siap
masuk IPA dong?” Kata-kata itu yang terus diucapkan oleh kedua orang tuaku
berulang kali dalam perjalanan dari rumah menuju ke sekolah. Aku bungkam seribu
bahasa.
Setibanya
di depan gerbang almamaterku, aku disuguhi aneka ekspresi rekan-rekan
sejawatku. Bahagia dan puas, silih berganti dengan ekspresi kekecewaan dan
keputus asaan. Begitu juga dengan raut wajah para orang tua. Senyum, bergulir
bersama kemarahan dan rasa kesal. Rapor yang diterima beberapa waktu lalu
menjadi alasan mengapa mereka menyembulkan pelbagai ekspresi itu.
Ah, aku
cukup bersyukur karena setidaknya aku adalah sang pemilih, bukan yang dipilih.
Lepas dari apakah pilihanku sama dengan orang tuaku, semua masih menjadi
misteri hingga kami masuk ke ruangan luas yang terletak persis disamping patung
The Thinker yang selalu mengekspresikan raut kegalauan.
Tiga menit
selanjutnya berubah menjadi sebuah pergolakan batin antara tiga manusia yang
memiliki relasi terdekat ini. Layaknya segitiga bermuda, tiga titik yang tidak
bisa menyatu merepresentasikan apa yang terjadi di ruangan itu. Dua puluh menit
berargumentasi, aku pun menetapkan bahwa aku akan menjadi bagian dari keluarga
besar SOS ’15.
Dan aku
terus membayangkan petualangan apa yang akan terjadi dua tahun kedepan bersama
manusia-manusia sosial ini…
(bersambung)
apa yang terjadi pas elo pilih sosial? sejujurnya banyak yang milih ipa gara-gara orang tua? apa yang elo rasain pas elo milih ips?
BalasHapus