Minggu, 03 Januari 2016

Catatan Awal Tahun: Rintik Hujan Pertama di Januari

Hujan selalu menyisakan sebuah rasa yang esensial: sendu. Kesenduanku kembali muncul ketika tetesan itu jatuh ke ubun-ubunku. Tetesan yang sama yang kurasakan ribuan kali, bahkan jutaan. Sendu menjadi rasa yang utama, yang kembali mewarnai hari-hariku belakangan ini. Bukan tanpa alasan, tetapi juga dengan alasan yang penuh keabu-abuan.
Ahh...., semua tampak abu-abu bagiku.

Dia...
Wanita kesekian yang kembali membuatku kelu. Mengapa aku terlalu mudah menjatuhkan hati kepada seseorang? Hanya sesak yang terus berlabuh dalam pencampakkan ini.

Dia...
Wanita yang kembali merasuki relung hatiku tanpa pernah kuminta. Rasa ini hanya mengalir memasuki lubuk hatiku tanpa pernah kutahu cara untuk membuka kran pembuangan rasa. Menumpuk, membanjiri, hingga aku pun tenggelam dalam sebuah ironi.

Aku adalah seorang pengelana cinta yang tak pernah bisa menggapai barangkali seorang kekasih pun.

Diam seribu bahasa
Mencoba lari, lari dari kenyataan pahitnya kisah ini
Dan aku hanya berlari memutari dirimu yang tak pernah bisa sirna

Jakarta, 3 Januari 2016
 Tertanda,
Yang Terlupakan

1 komentar:

  1. Tulang rusuk tak pernah tertukar. Klise memang, tapi realitanya seperti itu.

    BalasHapus