Jumat, 22 Februari 2013

X-A in Action (part 2)


Seperti janji gue 2 hari yang lalu, hari ini gue bakal nerusin pembahasan gue tentang "peta" kelas gue, kelas X-A. Hari ini gue akan mulai bahas baris kedua. Barisan paling tengah di kelas gue. Overall, barisan ini sih biasa-biasa aja. Gak terlalu rame, gak se "haus" barisan pertama. Intinya, barisan ini barisan paling "aman" kalo lu gak mau diincer guru.

Pentolan-pentolan di barisan ini juga hampir gak ada. Tapi ternyata hukum alam memang berlaku. Setiap individu punya keistimewaannya masing-masing. 

Di barisan ini, ada Richard Joe. Walaupun dia rada terseok-seok di bidang akademis, ternyata dia adalah kamus sepakbolanya kelas X-A. Jadi kejadiannya pas gue masih duduk di kelas 9 SMP Kolese Kanisius. Waktu itu pas lagi jaman-jamannya semifinal Liga Champions Eropa antara Chelsea vs Barcelona. Kebetulan gue adalah salah satu fans Chelsea. Popularitas Chelsea di kalangan temen-temen angkatan gue emang gak gitu bagus. Bahkan gue bisa menyebutkan hampir semua fans tetap Chelsea di angkatan gue pas SMP. Ada gue, Sherwin, Pande, dan Josdok. Sisanya paling Cuma fans karbitan. Kebanyakan emang didominasi sama fans MU, Madrid, ataupun Barca. Trus, sehari sebelum malam semifinal yang waktu itu dilangsungkan di Stamford Bridge, home dari Chelsea, gue iseng-iseng bikin kuis kecil-kecilan. Gue ngajak salah satu fans MU yaitu Adri. Gue bilang, “kalo Chelsea menang, gue kasih lu bola Donic bintang 3, 2  biji pas ekskul”. Kebetulan gue sama dia emang ekskul tenis meja dan bola Donic adalah salah satu bola favorit buat anak-anak tenis meja karena harganya mahal. Kebetulan gue sama dia masih punya beberapa bola itu hasil klepto-an pas POR CC. Hehehe…..

Demi mendapatkan 2 bola Donic itu, gue tanya-tanya sama temen-temen yang pada gila bola tentang prediksi mereka malam itu. Semua pada berpihak ke Barca. Gue pun mulai pesimis, sampai akhirnya gue tanya sama Joe. Dia bilang Chelsea kemungkinan menang malam ini. Gue masih ga gitu yakin, gue minta dia jelasin dan gue minta bukti dan data-datanya. Ga gue sangka, dia ngeluarin sebuah buku tulis yang isinya super lengkap. Data tim, rekor pertemuan, posisi di masing-masing liga, sampai ke analisis pribadinya dia. Pas gue baca, gue bener-bener kayak baca analisisnya Bung Toel di RCTI Sports ataupun Bung Binder Singh waktu siaran ISL di ANTV. Berbekal analisis dari “Bung Joe”, ternyata Chelsea emang bener-bener memenangkan pertandingan itu. Gol dari Didier Drogba di menit-menit akhir babak pertama membuat gue mendapatkan 2 buah Bola Donic bintang 3. Nah, dari situ gue kagum sama Joe terutama masalah persepakbolaan nasional maupun internasional. Dan setiap ada masalah sama sepakbola, gue selalu nanya ke dia.


Temen gue yang berikutnya adalah Tegishtha atau biasa dipanggil Tata. Walaupun gue gak satu SMP sama dia, tapi 6 bulan udah cukup bagi gue melihat bakatnya dia yang luar biasa. Sebagai anggot CEF (Canisius English Forum), dia sering banget ikut lomba debat mewakili sekolah. Pembawaannya yang dewasa serta gaya bahasanya yang sangat baik, didukung dengan ketenangannya ketika harus berbicara di depan umum membuat Tata sangat terampil untuk berpidato ataupun ber orasi. Nah, dua orang itulah yang menurut gue menjadi keunikan dari barisan ini. Sisanya diisi oleh anak-anak yang kalem-kalem dan rajin belajar.

Walaupun secara akademis, kedua temen gue ini bisa dibilang kurang memuaskan, tapi mereka menyimpan suatu kelebihan yang luar biasa. Sudah seharusnya kita belajar untuk menghargai semua teman kita karena gue yakin, setiap orang pasti punya kelebihan di bidangnya masing-masing.



(to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar