Kala senja, menampik mentari dari pentahtaannya
Aku tepekur diujung koridor itu
Menatap kosong rasa yang tak kunjung padam
Kala senja, mengubah terang menjadi gulita
Dan burung gereja mulai menyanyikan senandung rindu
Aku terjerembab dalam rasa yang tak kunjung pudar
Kala senja, menjadi transisi siang menjadi malam
Dan angin berhembus, menyibak gerai rambutmu yang indah
Aku hanya bisa memandangnya dari sudut dan kejauhan
Kala senja, perahu mulai kembali dari pengarungannya
Dan sinar mentari memantulkan pribadimu yang istimewa
Tanpa keraguan, aku memandangnya dan hanya termenung
Kala senja, dan kala usiaku senja nantinya
Kala aku duduk tafakur menanti datangnya tumpangan satu arah
Jangan biarkan hatiku tertambat dan tergantung sesal dibawah derai tawamu
Untukmu, yang masih indah dalam kesunyian, cantik dalam pencampakkan hati
Dariku yang tak pernah surut menanti datangnya janji manis itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar