Senin, 25 Januari 2016

Catatan Tengah Liburan : Semahal itukah Kejujuran?

Lahir dan dilepas dari sebuah proses pendidikan yang menjunjung tinggi nilai kejujuran bukanlah hal yang mudah. Dahulu, aku berjuang untuk mempertahankan kejujuran di lingkungan yang sangat mendukung hal yang sama. Pada masa itu, aku, bersama dengan ratusan rekan sejawat sama-sama memperjuangkan satu nilai yang masih tertanam dalam diriku hingga kini, "Be Honest!". Ya, aku sempat mencicipi pendidikan ala Ignasian di sebuah kolese Jesuit bernama Kolese Kanisius selama enam tahun. Selama enam tahun inilah aku semakin menyadari bahwa memperjuangkan kejujuran adalah hal yang tidak mudah.

Lulus dari Kolese Kanisius, aku menapaki langkah pendidikan berikutnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, yang merupakan salah satu kampus paling bergengsi di tanah air. Satu hal yang dapat kubanggakan saat hari pertama masa orientasi, adalah bahwa kampus ini juga menjunjung tinggi nilai kejujuran. Meskipun sanksi yang diberikan tidak sekeras sanksi pada masa SMA dulu, tetapi tetap saja ini menjadi bukti bahwa kejujuran adalah hal yang sudah disadari penting oleh kampus ini.

Aku bukan malaikat, apalagi dewa yang bisa seratus persen selalu bersikap jujur dalam setiap pikiran dan tindakan. Tetapi proses berjibaku selama enam tahun silam membuatku memiliki batasan-batasan perihal kejujuran yang tidak bisa ditoleransi. Tetapi untuk kasus menyontek, aku tidak bisa menerimanya. Menyontek adalah tindakan diluar batas. Menyontek adalah tindakan mencuri, mencuri buah pikir orang lain. Menyontek adalah tindakan mengklaim isi pikiran orang lain menjadi milik kita. Menyontek sama buruknya dengan plagiarisme. Menyontek adalah bibit menjadi calon koruptor. Aku teringat akan sebuah slogan yang kubaca beberapa waktu lalu dimading Fakultas Hukum Universitas Indonesia, "Muda plagiator skripsi, tua hobi korupsi". Menyontek dan plagiarisme adalah dua hal tercela yang tidak boleh dilakukan oleh seorang mahasiswa.

Tetapi, idealisme selalu berbenturan dengan realita yang ada. Pada satu momen yang sama, yaitu Ujian Akhir Semester, kulihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa kejujuran seolah terinjak-injak. Dua mata ujian yang dilaksanakan yaitu Pengantar Bisnis dan Lab Bahasa Inggris, seolah tiada maknanya lagi. Nilai hanya menjadi tipu belaka. Kompetensi manusia tak lagi bisa dinilai dengan angka. Karena kejujuran seolah luruh dalam sekejap mata.

Aku memang bukan orang yang seratus persen jujur dan/atau seratus persen benar. Tetapi ada batasan-batasan moral yang seharusnya mampu dipahami oleh segenap mahasiswa, yang katanya merupakan mahasiswa-mahasiswa terbaik dari kampus terbaik di Indonesia. Ketika nilai angka akademik menjadi sesuatu yang dimahakuasakan, maka seketika itu juga bangsa Indonesia akan jatuh, terkubur sampai lubang terdalam karena Ia tak bisa lagi mengandalkan pemuda-pemudinya.

Semoga pengalaman ini bisa menjadi refleksi bersama, khususnya bagi seluruh mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan di kampus-kampus ternama, agar menyadari bahwa nilai akademis bukanlah segalanya, melainkan nilai kehidupan adalah hal yang lebih pantas untuk diperjuangkan.

Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
"BE HONEST!"


4 komentar:

  1. Bagus sekali, Leo.. Semoga semakin banyak orang yang menjunjung kejujuran, yaa

    BalasHapus
  2. ooh ini leo yang dulu suka cabut pelajaran ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas anonim, di sekolah kami tidak mungkin bisa cabut pelajaran, kecuali dengan izin lomba dan kegiatan ekstrakurikuler, atau kegiatan siswa yang sudah diizinkan sebelumnya. Jadi tolong jangan mentang2 nama anda anonim lalu bisa komen seenak jidat tanpa mengetahui fakta sebenarnya dari refleksi kawan kami ini, jaga harga diri anda sebagai manusia, kecuali anda binatang. Terimakasih.

      Hapus
  3. Mas anonim, di sekolah kami tidak mungkin bisa cabut pelajaran, kecuali dengan izin lomba dan kegiatan ekstrakurikuler, atau kegiatan siswa yang sudah diizinkan sebelumnya. Jadi tolong jangan mentang2 nama anda anonim lalu bisa komen seenak jidat tanpa mengetahui fakta sebenarnya dari refleksi kawan kami ini, jaga harga diri anda sebagai manusia, kecuali anda binatang. Terimakasih.

    BalasHapus