“Maunya apa sih? Gue maunya masuk IPA, malah ditulisnya IPS. Pokoknya gak mau tau,gue mau banding dan harus, kudu, wajib masuk IPA”. Ya, sekilas seperti itulah seruan dan gerutuan yang keluar dari mulut beberapa temanku seusai pembagian laporan nilai akhir tahun ajaran 2012-2013 siang tadi. Banyak yang mendapat nilai memuaskan, tetapi tidak sedikit juga yang memperoleh hasil yang mengecewakan. Ada teman-teman yang mendapat kesempatan untuk memilih program jurusan (IPA/IPS), ada yang mendapat hanya salah satu program jurusan, tetapi ada pula yang mendapat program jurusan yang tidak sesuai dengan ekspektasinya masing-masing.
“Nasi sudah menjadi bubur”. Mungkin kutipan itulah yang kurasa tepat untuk menggambarkan keadaan yang terjadi hari ini. Apa yang tertera di laporan nilai itulah yang menjadi implementasi dari apa yang telah kita lakukan selama kurang lebih satu semester ini. Hasil baik ataupun buruk adalah kita sendiri masing-masing yang mengukirnya. Puas, ataupun tidak puas dengan hasil itu, harus diterima dengan lapang dada. Aku tertegun saat menyaksikan seorang ibu yang menjemput anaknya di parkiran motor siang tadi. Ketika anak itu menyerahkan laporan nilainya, ia berkata, “Maaf ma, hasilnya belum memuaskan, belum sesuai dengan apa yang aku dan mama harapkan. Aku harus masuk ke jurusan IPS karena nilai Fisikaku dibawah KKM. Maafkan aku ya ma.” Sejenak aku diam. Aku terbekukan oleh ketulusan dan keberanian anak itu untuk mengucapkan sebuah kejujuran. Ya, mengatakan sebuah kejujuran walaupun itu pahit. Lalu sang ibu pun berkata sambil mengelus rambut anak itu, “ Tidak apa-apa nak, kalau memang itu hasil akhirnya. Kamu telah memberikan usahamu, dan mama percaya walaupun mama melihat selama ini kamu kurang bisa untuk berkonsentrasi dalam belajar, kamu telah memberikan yang terbaik sesuai dengan kemampuanmu.” Aku setengah tidak percaya dan terpana melihat betapa bijaksananya, betapa lembutnya hati ibu itu. Memang benar, kejujuran akan berbuah manis. Mungkin itulah salah satu sikap yang diidam-idamkan oleh seluruh siswa terhadap orang tuanya, “memarahi” dengan cinta, dan kasih sayang. Sayangnya, aku yakin bahwa tidak semua orang tua bisa bersikap seperti itu. Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, bahwa masih banyak orang tua yang memegang teguh paradigma yang lama bahwa, IPA lebih sukses daripada IPS.
Sehabis melihat peristiwa itu, aku kembali melihat kedalam diriku. Beruntung bagiku dan bagi sebagian teman-temanku yang masih diberi “kesempatan” untuk memilih program jurusan. Aku masih diberikan pilihan oleh Tuhan. Aku, sebagai seorang Kanisian. Apakah aku sudah memberikan yang terbaik dalam hal belajar? Sudahkah kepercayaan yang orang tua ku berikan, kumanfaatkan sebaik-baiknya, ku gunakan setiap fasilitas yang ada dengan bijaksana? Sulit memang untuk menjadi orang yang sempurna. Tetapi tidak sulit untuk mencoba, dan berusaha untuk menjadi sempurna.
Aku percaya, bahwa penentuan program jurusan ini bukanlah sebuah ending dari seluruh dinamika pembelajaran kita, dari proses pembelajaran kita bergulat dengan 17 mata pelajaran yang sungguh melelahkan di tahun pertama kita di kelas X SMA Kolese Kanisius ini. Tetapi, proses setahun yang telah kita lalui ini, adalah ajang untuk “mencari”. Setahun yang lalu, aku berada dalam masa-masa awal adaptasi dan hal yang paling meresahkanku adalah, mampukah aku beradaptasi dengan atmosfer, tradisi, dan situasi di kolese ini. Tetapi kini, yang menjadi tanda tanya besar adalah, mampukah aku mengembangkan diriku, dari segala aspek, baik competence, conscience, compassion, maupun leadershipapapun program jurusan yang kudapat, apapun tantangan besar yang merintangi jalanku di depan.
Percayalah kawanku, perjuangan kita selama setahun kemarin adalah modal yang berharga bagi kita untuk menempuh jalan di depan. Jalan itu mungkin mempunyai dua cabang, tetapi pada akhirnya, cabang itu akan bermuara pada laut yang sama, “lautan kehidupan”, lautan yang penuh dengan kompetisi. Entah IPA atau IPS, entah baik ataupun buruk nilai yang kita peroleh, percayalah bahwa jalan panjang itu masih merentang. Kita belum terlambat, kawanku. Dan tetaplah menjadi orang yang “nakal”, tetaplah menjadi orang yang “cerewet”, dan tetaplah menjadi orang yang “iseng” selama semua hal itu menjadi hal yang positif. Tetaplah menjadi diri kalian sendiri, dengan membawa nama baik Kanisius beserta nilai-nilai dan tradisi yang terkandung di dalamnya. Dan kawanku, aku hanya berharap bahwa janganlah kehidupan kita 2 tahun kedepan terkotak-kotakkan hanya oleh program jurusan. Ingatlah, bahwa kita adalah angkatan CC ’15. Ingatlah selalu akan canda dan tawa kita, di kala teman kita di bugilin di kelas, saat kita bernyanyi tak karuan diiringi oleh gitar dengan suara sumbang, seperti apa atmosfer kompetisi yang membaur dengan persahabatan saat Kenari Cup diadakan, dan bagaimana kita dengan “haus”nya memperhatikan pelajaran di kelas.
“Layar masih terkembang, dan perahu tetap berlayar”. Apapun program jurusan yang kita pilih, tetap junjung ciri khas dan tradisi angkatan kita. Tetaplah menjadi diri kita masing-masing. Tetap optimis, tetap bergerak maju, dan TETAP SEMANGAT !
"Kami Satu, dalam suka duka, cinta kasih, dan persaudaraan "
Di Hari Penerimaan Laporan Nilai
13 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar