Minggu, 22 Maret 2015

Catatan Malam Natal: Sekotak Nasi di Lampu Merah

Malam Natal, merupakan salah satu hari paling sakral bagiku. Tidak hanya secara spiritual, aku disegarkan kembali tentang makna kelahiran Yesus sang penyelamat, tetapi dari segi sosial, malam natal merupakan saat dimana keluargaku berkumpul didalam makan malam, entah di rumah secara sederhana, ataupun sekedar santap malam di restoran sekitar Gereja. 

Malam itu, 24 Desember 2014, aku mengikuti misa malam natal di Kolese Kanisius. Sepulang misa, aku bersama keluargaku memutuskan untuk makan di salah satu restoran favorit kami di sekitaran Gondangdia. Hanya terucap rasa syukur karena aku hampir mencapai penghujung tahun 2014 dengan pelbagai pengalaman yang membangun setiap sisi dari pribadiku. 

Didalam perjalanan menuju rumah selepas makan malam, kami melewati pertigaan Salemba, dekat RS Sint Carolus dan RSUP Ciptomangunkusumo. Sambil menikmati alunan lagu-lagu natal dari Michael Buble, aku memperhatikan situasi jalanan malam itu. Tidak ramai, namun juga tidak terlampau sepi. Kerlap-kerlip lampu yang saling bergantian akibat rem dari mobil-mobil itu menciptakan sebuah harmonisasi yang indah di dalam imajinasiku. Ahh.., Christmas Eve....

Di dalam lamunanku, tiba-tiba aku tersentak dengan kehadiran seorang anak kecil membawa gitar kecil, mengamen dari satu mobil ke mobil lain, mencoba mengumpulkan receh demi receh. Hingga akhirnya, anak itu tiba di mobil samping kiriku. Tak kusangka, sang pengemudi tidak bersikap seperti pengemudi lainnya. Ia mengeluarkan sebungkus tas kresek berwarna merah berisi sekotak nasi. Aku tersentak, iseng, kubuka sedikit kaca jendela mobilku agar bisa melihat lebih jelas kejadian ini. Kulihat lebih lanjut lagi, seorang ibu berjilbab yang duduk di belakang sang sopir juga mengeluarkan beberapa lembar uang dua ribuan, dan sekotak nasi, lalu memberikannya kepada anak itu. Kudengar sang ibu sempat berbicara. "Ini dek, sesekali pas Natal, makan yang lahap ya...". 

Hatiku tersentuh oleh kejadian itu. Malam Natal, malam dimana sang juruselamat (menurut umat Kristiani) lahir. Malam dimana kami umat Kristiani merayakan salah satu hari sakral, entah dengan makan mewah bersama, atau pergi liburan. Tetapi terkadang kita lupa, bahwa masih banyak sesama manusia yang berkekurangan. Wajah cerah nan gembira anak kecil di lampu merah itu menjadi bukti nyata, buah cinta kasih yang telah ditanam oleh sang ibu dan bapak yang mau berbagi, meskipun sederhana, meskipun mereka sesungguhnya tidak merayakan Natal. Tetapi mereka memahami, esensi, inti sari dari Natal itu sendiri. Yaitu untuk membagi kabar sukacita kepada semua orang. Layaknya Yesus yang datang ke dunia membawa kabar suka cita. Bukan untuk mereka yang kaya raya, punya jabatan, atau bekerja di tempat suci. Tetapi buat mereka yang berkekurangan, yang terlantar, yang tersingkirkan. 

Malam itu, ibu berjilbab dan sang sopir yang memberikan sekotak nasi kepada sang pengamen cilik di lampu merah Salemba pada malam natal itu, adalah representasi Yesus yang datang dan mau mengetuk nurani dan kepedulianku. 

1 komentar: