Hidup, seperti perahu yang terombang-ambing, terkoyak diantara gelombang yang tak jelas arah pastinya. Sistem navigasi, layaknya filosofi hidup yang mendasari arah dan tujuan kemana kita akan berakhir. Tetapi kita tak pernah tahu, kemana sang nasib menghanyutkan perahu ini.
Hidup, layaknya jam yang berdetak dengan pasti. Tetapi kita tak pernah tahu, apakah detik demi detik yang kita lalui selalu punya makna? Aku ingin memutarbalikkan rotasi jam yang tanpa pernah kasihan mendentumkan masa depan satu persatu tanpa kepastian. Wallahualam.
Mimpi, dan realita. Dua hal yang sebenarnya tak jelas lagi batasnya. Belajar untuk berharap, entah sampai kapan hidup ini terus dicekoki oleh mulusnya kulit apel, tanpa kita pernah tahu belatung yang ada di dalamnya.
Idealisme, hanyalah pisau bermata dua yang siap merobek rajutan mimpi-mimpi yang rapuh. Entah sampai kapan, aku berhenti menggantungkan hidup pada mimpi. Entah sampai kapan, aku memulai meletakkan segala luka, nanah, borok, yang tak lagi mampu diobati ke dalam lingkaran realita.
Kepasrahan, hanyalah jalan tengah untuk manusia-manusia tak tahu arah. Hanya untuk mereka yang terjebak di dalam himpitan mimpi dan realita. Hai mimpi, berapa lama lagi engkau memberikan kekuatan-kekuatan asap bagi cinta dan masa depan. Hai realita, masih adakah separuh buah simalakama yang mau kau bagikan kepadaku?
Kalau aku Ahmad Fuadi....
Andai aku Andrea Hirata....
Aku akan pergi menemui Tuhan untuk meminta ampunan atas semua kebohongan
Ah, semuanya telah bergulir dengan percuma
Kusandarkan semua yang ada padaku pada keilahian
Jakarta, 29 Maret 2015
Hmm,hanya bisa bermimpi ketemu kak leo dkk😢
BalasHapus