Senin, 23 Maret 2015

Catatan Perjalanan KRL : Mata Hati untuk Berbagi

GONDANGDIA-(20/3/2015). Siang yang biasa di Stasiun Gondangdia. Aku bersama para rekan sejawatku di SMA Kanisius kembali memasuki Stasiun ini untuk menggunakan moda transportasi yang biasa kami gunakan sepulang sekolah, KRL Commuter Line. Setelah melakukan aktivitas "biasa" disana, kami memutuskan untuk naik ke lantai 3 Stasiun Gondangdia alias ke area peron. 

Seperti biasa, kami ngobrol sembari menunggu kedatangan kereta JakartaKota-Bekasi ataupun JakartaKota-Bogor. Kebetulan saat itu, kereta menuju Bogor lebih dahulu tiba di Gondangdia sehingga aku memutuskan untuk naik kereta jurusan Bogor agar bisa tiba lebih cepat via Stasiun Tebet. Setelah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya kereta jurusan Bogor pun tiba. Aku pun melangkahkan kaki naik ke dalam gerbong dengan tergesa-gesa. Tak sadar, ada seorang pria tunanetra mencoba naik ke kereta. Beruntung, teman-temanku yang masih di peron membantu beliau untuk naik seraya memanggil namaku untuk membantu beliau mencarikan kursi. 

Aku menggandeng tangan bapak tersebut. Kegusaran beliau terlukis jelas dari raut wajahnya. Aku mencoba menanyakan tujuan beliau. Ternyata, beliau ingin pergi ke stasiun Depok. Kereta siang itu tidak terlalu ramai, tetapi juga tidak sepi sehingga aku harus membawa sang bapak ke kursi prioritas di setiap pojok-pojok gerbong. Sementara ia duduk, aku berdiri disamping beliau, menatap wajahnya yang penuh harap. 

Perlahan, roda-roda KRL mulai bergulir. Stasiun demi stasiun pun dilalui dengan pasti. Tak terasa, aku pun hampir tiba di Stasiun Tebet, tujuanku. Aku pun segera pamit dengan sang bapak tunanetra itu. 

Kasih. Ya, walaupun hanya sekejap perjalanan Gondangdia-Tebet, aku ingin mencoba berbagi sesuatu yaitu kepedulianku dalam wujud perhatian. Terkadang, berbagi kasih tidaklah harus melalui sesuatu yang luar biasa. Lewat pengalaman sederhana, aku merasa Tuhan sedang bekerja menyentuh hatiku untuk lebih banyak lagi berbagi. 

Tuhan selalu punya cara tersendiri untuk menyentuh hati nurani

Jakarta, 23 Maret 2015

1 komentar: